Minggu, 05 Agustus 2012

Muslim Rohingya, Kelompok Manusia Tertindas. Mana Suara mu, Wahai Dunia?!

Kekejaman terhadap mereka benar-benar terstruktur dan massif. Lawan mereka bukan hanya kelompok agama mayoritas (Budha). Tapi juga digerakkan oleh negara. Bisa dibilang ini terror negara terhadap warga negara mereka sendiri. Kenapa begitu? Karena negara-lah yang paling agresif melakukan kekejaman terhadap muslim Rohingya lewat alat negaranya, militer.

Pemerintahan Burma/Myanmar dan lembaga asing menuding mereka adalah kaum imigran. Kelompok masyarakat yang datang ke wilayah lain. Benarkah mereka imigran asing? Tengoklah sejarah! Mereka bukan imigran! Mereka juga pribumi Myanmar yang sudah ada sejak abad ke-7 masehi. Dalam catatan sejarah, Islam memang sudah masuk ke Myanmar sejak jaman Khalifah Harun Al Rasyid memerintah di Baghdad, Iraq.

Maka saya ingin tegaskan, Muslim Rohingya adalah penduduk asli Myanmar, tepatnya berdiam di Propinsi Arakan (sekarang disebut Negara Bagian Rakhine).

Islam yang berkembang disana dipeluk oleh masyarakat pribumi. Ini sama dengan masuknya Islam ke Indonesia. Islam sebagai ajaran baru datang, dan dipeluk pribumi nusantara (Indonesia) kala itu. Jika pribumi Myanmar muslim disebut imigran asing, apakah orang Islam di Indonesia juga akan disebut imigran asing karena agama yang dianut berbeda dengan agama nenek moyangnya? Aneh, identitas kebangsaan dilihat dari agama yang dipeluk!
Maka jelas, tudingan muslim Rohingya sebagai imigran asing adalah tudingan yang mengada-ngada sebagai alasan untuk membantai mereka. Burma atau Myanmar jelas merupakan tanah kelahiran mereka sendiri! Pertanyaan lain, meski mereka imigran semisal, apakah pantas dan layak mereka diperlakukan seperti itu?! Disiksa, diperkosa, harta bendanya dirampas, nyawa pun direnggut. Apapun alasannya, sebuah genosida tidak bisa dibenarkan!

Perlu diketahui, propinsi Arakan memang sebuah propinsi di Myanmar yang didiami mayoritas muslim. Mereka pernah memerintah wilayah ini selama tiga setengah abad yakni antara 834 – 1198 Hijriyah atau 1430 – 1784 Masehi. Raja Burma (nama Myanmar dulu) yang beragama Budha kemudian datang dan menduduki kawasan ini. Maka mulailah sebuah genosida terhadap muslim Rohingya. Dari perampasan harta benda, penyiksaan hingga pembunuhan.

Tahun 1824, kolonialis Inggris datang dan menduduki kawasan ini. Negeri muslim Arakan pun dimasukkan dalam peta pemerintahan penjajahan Inggris yang berpusat di India. Tahun 1937. Maka kekerasan penjajah Inggris atas muslim Rohingya dimulai. Untuk menundukkan muslim Rohingya, mereka mempersenjatai umat Budha setempat. Cara yang sama dilakukan Belanda yang mempersenjatai orang Indonesia dari bagian timur untuk memerangi gerilyawan dan pejuang kita di jaman revolusi dulu.

Dukungan militer Inggris tersebut terbukti efektif. Maka kebrutalan-lah yang terlihat. Sekitar 100 ribu umat Islam Rohingya terbunuh! Ratusan ribu lainnya terpaksa mengungsi ke luar negeri.

Kemudian kudeta militer dengan dukungan komunis meledak di Myanmar tahun 1962. Ini menandai era pembantaian baru bagi muslim Rohingya. Pemerintahan baru tersebut berambisi menghapus Islam dari Myanmar. 300 ribu muslim Rohingya diusir paksa ke Bangladesh. Lalu di tahun 1978, lebih dari setengah juta muslim Rohingya kembali dipaksa mengungsi.

Derita mereka terus berlanjut. Tahun 1982 junta militer Ne Wien, melancarkan sebuah operasi militer yang kejam. Salah satu tujuannya, menghapus kebangsaan muslim Rohingya sebagai pribumi Myanmar karena mereka dianggap imigran asing! Antara 1988 hingga 1991, hampir satu juta muslim kembali dipaksa mengungsi ke luar negeri
Dan hingga sekarang tahun 2012, derita nestapa itu tidak kunjung berhenti. Terusir dari tanah leluhur. Dibunuh diatas negeri mereka sendiri. Mayat muslim Rohingya ditumpuk begitu saja didalam truk atau gerobak. Mereka dibantai karena berbeda keyakinan dengan pribumi mayoritas! Bahkan Presiden Myanmar, Thein Sein, pada tanggal 12 juli 2012 kemarin dengan tegas mengatakan, “Muslim Harus Diusir Dari Myanmar!”.

Ucapan sang presiden yang juga junta militer Myanmar tersebut seolah diamini oleh kaum agamawan setempat. Sebagaimana yang dilaporkan The Independent (25/07/2012), para Bhikku (pendeta Budha) malah memblokir bantuan kemanusiaan terhadap muslim Rohingya! Hilang sudah ajaran cinta kasih yang selama ini didengungkan pemeluk ajaran Sidharta Budha Gautama tersebut.
Kemana Aung San Suu Kyi, sang penerima nobel perdamaian? Wanita yang dijuluki pendekar demokrasi Myanmar tersebut bungkam!!! Kevokalan suaranya ternyata tebang pilih. San Suu Kyi memang pernah menyuarakan isu minoritas di parlemen Myanmar agar pemerintah melindungi kelompok minoritas di Myanmar. Tapi ketika berbicara penindasan terhadap muslim Myanmar, ia bisu! Seolah-olah tuli tidak tahu menahu! Sejak ini pula, saya kehilangan respek terhadap dia.

Mana Suara Lantang mu, Aung San Suu Kyi? Muslim Rohingya Juga Rakyat Myanmar!

Lalu kemana suara dunia? PBB? Mana pula suara Amerika Serikat, yang menjuluki dirinya sebagai pendekar demokrasi dunia? Mana suara lembaga HAM dunia? Mana suara mu???!!! Tatkala ada konflik yang korbannya adalah orang Islam, kalian membisu!!!

Sebaliknya, jika ada sebuah kasus pelanggaran HAM atau konflik yang korbannya BUKAN muslim/Islam, suara mereka lantang. Seolah-olah penegakan HAM adalah harga mati yang harus segera dilakukan. Bahkan ancaman embargo di banyak sector (utamanya embargo ekonomi dan militer) diberlakukan terhadap si pelanggar HAM. Ini dilakukan untuk memaksa si pelanggar HAM untuk menghentikan agresivitas mereka. 

Ada juga kasus pelanggaran HAM atau konflik yang korbannya muslim tapi juga dibela PBB, USA dan negara barat lainnya. Semisal, invasi Iraq ke Kuwait. Ya tentu saja mereka bersuara keras bahkan melancarkan perang terhadap Iraq dibawah rejim Saddam Husein. Kenapa? Ada minyak diperut Kuwait! Kasus ini banyak terlihat di beberapa negara Arab. Minyak yang jadi tujuan, bukan penegakan keadilan bagi umat Islam.

Atau misalnya pembelaan terhadap muslim Suriah yang ditekan rejim Bashar Al-Assad yang terjadi saat ini. Bahkan pemerintahan Obama bergerak membantu gerilyawan pemberontak yang memerangi tentara pemerintah Suriah Bashar Al Assad. Kenapa kok peduli pada muslim Suriah? Jangan memuji dan berbaik sangka dulu pada USA.

Terus? Rejim Presiden Bashar memang sudah sejak lama anti USA. Pemerintahan Paman Sam pun men-cap rejim tersebut sebagai salah satu ancaman paling serius serius di Timur Tengah selain Iran. Jadi wajar USA mendukung gerilayawan dan penduduk Suriah memerangi rejim Bashar. Karena tujuannya sama, menumbangkan pemerintahan Bashar Al Assad! Dan suatu saat, jika benar rejim ini tumbang, maka pemerintahan pengganti Bashar Al Assad yang memerintah Suriah PASTI menjadi pemerintahan boneka dan antek USA!

Sementara di Jakarta, ratusan orang dibawah bendera Forum Umat Islam (FUI) menggelar aksi demo mengecam genosida muslim Rohingya. Bagaimana dengan pemerintahan SBY? Sungguh menyesakkan. Negeri dengan jumlah muslim terbanyak sedunia ini tak bisa berbuat apa-apa. Sama dengan Organisasi Konferensi Islam sedunia (OKI) maupun Liga Arab. Mereka menutup mata terhadap penderitaan saudara seiman dan sekeyakinan mereka.

Dan akhirnya suara pembelaan itu datang dari Pakistan. Sebuah organisasi militan, Tehreek-e-Taliban, bersuara lantang. Mereka pun langsung menyatakan diri sebagai 'pembela pria dan wanita muslim Rohingya Myanmar'. Dalam sebuah pernyataan di berbagai media (26/07/2012), mereka mengatakan "Kami akan menuntut balas darah kalian (muslim Rohingya)". Tehreek-e-Taliban juga menuntut pemerintah Pakistan segera memutus semua hubungan dalam bentuk apapun dengan pemerintahan Myanmar. Bahkan, organisasi militan ini  juga mengancam semua bentuk kepentingan Myanmar baik yang ada di dalam maupun di luar negeri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar